II.1. KONSEP KEPUTUSAN DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Kepemimpinan seseorang dalam sebuah
organisasi sangat besar perannya dalam setiap pengambilan keputusan, sehingga
membuat keputusan dan mengambil tanggung jawab terhadap hasilnya adalah salah
satu tugas pemimpin; sehingga jika seorang pemimpin tidak mampu membuat
keputusan, seharusnya dia tidak dapat menjadi pemimpin. Pengambilan keputusan dalam
tinjauan perilaku mencerminkan karakter bagi seorang pemimpin. Oleh sebab itu,
untuk mengetahui baik tidaknya keputusan yang diambil bukan hanya dinilai dari
konsekuensi yang ditimbulkannya, melainkan melalui berbagai pertimbangan dalam
prosesnya. Kegiatan pengambilan keputusan merupakan salah satu bentuk
kepemimpinan, sehingga:
1.
Teori keputusan merupakan metodologi untuk menstrukturkan dan menganalisis
situasi yang tidak pasti atau berisiko, dalam konteks ini keputusan lebih
bersifat perspektif daripada deskriptif;
2.
Pengambilan keputusan adalah proses mental dimana seorang manajer
memperoleh dan menggunakan data dengan menanyakan hal lainnya, menggeser
jawaban untuk menemukan informasi yang relevan dan menganalisis data; manajer,
secara individual dan dalam tim, mengatur dan mengawasi informasi terutama
informasi bisnisnya;
3.
Pengambilan keputusan adalah proses memilih di antara alternatif-alternatif
tindakan untuk mengatasi masalah.
a)
Definisi
Keputusan menurut para ahli
(1).Menurut Ralp C. Davis
Keputusan adalah hasil pemecahan masalah
yang dihadapinya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang pasti
terhadap suatu pertanyaan. Keputusan harus menjawab pertanyaan tentang apa yang
dibicarakan dalam hubungannya dengan perencanaan. Keputusan dapat pula berupa
tindakan terhadap pelaksanaan yang sangat menyimpang dari rencana semula.
(2).Menurut James A.F. Stoner
Keputusan adalah pemilihan diantara
alternatif-alternatif. Definisi ini mengandung tiga pengertian, yaitu :
a.
Ada pilihan dasar logika atau pertimbangan
b. Ada
beberapa alternatif yang harus dan dipilih salah satu yang terbaik
c.
Ada tujuan yang ingin dicapai, dan keputusan itu makin mendekatkan pada tujuan
tersebut.
(3).Menurut Prof.Dr.Prajudi
Atmosudirjo,SH.
Keputusan adalah suatu pengakhiran dari proses
pemikiran tentang suatu masalah atau problema untuk menjawab pertanyaan apa
yang harus diperbuat guna mengatasi masalah tersebut, dengan menjatuhkan
pilihan pada suatu alternatif.
Dari pengertian-pengertian
keputusan di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa:
Keputusan merupakan suatu pemecahan masalah
sebagai suatu hukum situasi yang dilakukan melalui pemilihan satu alternatif
dari beberapa alternatif
b) Definisi Pengambilan Keputusan
(1).Menurut
George R. Terry
Pengambilan
keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku (kelakuan) tertentu dari dua
atau lebih alternatif yang ada.
(2).Menurut
S.P. Siagian
Pengambilan
keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakikat alternatif
yang dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan
tindakan yang paling tepat.
(3).Menurut
James A.F. Stoner
Pengambilan
keputusan adalah proses yang digunakan untuk memilih suatu tindakan sebagai
cara pemecahan masalah
Dari pengertian diatas pengambilan keputusan
merupakan suatu proses pemilihan alternatif terbaik dari beberapa alternatif
secara sistematis untuk ditindaklanjuti (digunakan) sebagai suatu cara
pemecahan masalah
II.2.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN
KEPUTUSAN
·
Menurut (Sondang P.Siagian) Tiga kekuatan yang
mempengaruhi proses pengambilan keputusan:
1. Dinamika individu dalam organisasi
Proses keputusan harus
mempertimbangkan segala kemungkinan yang akan terjadi pada diri setiap individu,
situasi dan kondisi pandangan individu terhadap diri mereka sendiri
mempengaruhi terhadap keputusan organisasi.
2. Dinamika
kelompok dalam organisasi
·
pemimpin yang ingin melakukan proses pengambilan
keputusan harus mempertimbangkan situasi dan kondisi kepribadian rangkap
anggotanya (kepribadian individu dan kepribadian ketika bersama kelompoknya).
·
Hal ini dilakukan agar proses keputusan dapat
mempercepat proses pendewasaan kelompok kerja dalam organisasi.
3. Dinamika
lingkungan organisasi
·
Semua keputusan organisasi harus memperhitungkan
tekanan-tekanan yang bersumber dari lingkungan.
·
Istilah dinamika digunakan untuk menunjuk bahwa
segala sesuatu selalu mengalami perubahan, dan dinamika tersebut yang menuntut
adanya peningkatan kemampuan mengambil keputusan yang selaras dengan
perubahan-perubahan yang sedang dan yang akan terjadi
·
Sedangkan Millet mengatakan bahwa factor-faktor
yang berpengaruh terhadap pengambilan keputusan oleh pimpinan,yaitu:
1.
Pria dan wanita, yaitu pria pada umumnya bersifat
tegas, atau berani dan cepat mengambil keputusan, sedangkan wanita relatif
lebih lambat dan sering ragu-ragu dalam mengambil keputusan.
2.
Peran, yaitu peranan seseorang dalam keputusan perlu
diperhatikan karena peran mencakup kemampuan mengumpulkan informasi, kemampuan
menganalisis dan mengintegrasikan, kemampuan menggunakan konsep luas tentang
perilaku manusia secara fisik untuk memprediksi perkembangan situasi,
3.
Keterbatasan kemampuan, yaitu kemampuan yang terbatas
dalam pengambilan keputusan di bidang kepemimpinan dapat bersifat
institusional.
Adapun dalam referensi lain pengambilan keputusan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor personal.
1. Kognisi, artinya kualitas dan
kuantitas pengetahuan yang di miliki. Misalnya ; Kemampuan menalar, memiliki
kemampuan berfikir secara logis, dll.
2. Motif, suatu keadaan tekanan dalam
diri individu yang mempengaruhi, memelihara dan mengarahkan prilaku menuju
suatu sasaran.
3. Sikap, Bagaimana keberanian kita
dalam mengambil risiko kepututusan, pemilihan suasana emosi dan waktu yang
tepat, mempertimbangkan konsekuensi yang mungkin terjadi.
Faktor yang mempengaruhi pengambilan
keputusan
Internal Organisasi
– ketersediaan dana, SDM, kelengkapan
peralatan, teknologi dan sebagainya
Eksternal Organisasi
– keadaan sosial politik, ekonomi, hukum
dan sebagainya
II.3. TAHAPAN DALAM PERUMUSAN MASALAH DAN
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Menurut Simon (1960) ada beberapa tahap
pengambilan keputusan, disebutkan olehnya proses pengambilan keputusan ada 4
tahapan yakni :
- Intelligence : pengumpulan informasi untuk mengindetifikasikan permasalahan.
- Design : tahap perancangan solusi dalam bentuk alternatif pemecahan masalah.
- Choice : tahap memilih dari solusi dari alternatif – alternatif yang disediakan.
- Implementation : tahap melaksanakan keputusan dan melaporkan hasilnya.
Tahap 1. Intelligence
Tahap ini meliputi kegiatan pengambilan informasi, proses
informasi, dan pertimbangan yang mendalam. Organisasi dapat diukur dengan
perbedaan antara tingkat hasil yang diharapkan pada perumusan tujuan dan
sasaran dengan hasil yang dicapai sesungguhnya. Beberapa indikator lain yang
dapat membantu dalam melihat permasalahan organisasi adalah sebagai berikut :
1.
Penyimpangan kinerja
Indikator ini muncul apabila terjadi sebua perubahan secara
tiba – tiba pada beberapa pola kinerja yang telah
ditetapkan. Contohnya, meningkatnya perputaran karyawan, tingkat absensi
yang meningkat, penurunan tingkat penjualan, pengeluaran yang semakin meningkat,
dan banyaknya produk yang rusak.
2.
Kritikan orang lain
Berbagai tindakan orang diluar organisasi bisa menjadi
pentujuk adanya masalah. Pelanggan mungkin tidak puas dengan sebuah produk yang
dikomsumsi, pemerintah memberikan tindakan hukum, dan serikat buruh yang
mungkin memberikan keluhannya.
3.
Lingkungan
Lingkungan dapat memberi informasi masalah melalui berbagai
cara. Contoh, jika pesaing sukses dalam meluncurkan produk baru yang
menjadi pesaing produk organisasi, maka timbul suatu masalah.
Tahap 2. Design
a. Mengembangkan
Alternatif Pemecahan
Pengembangan alternatif merupakan proses pencarian dimana
lingkungan intern dan ekstern yang relavan dari organisasi diperiksa untuk
memberikan informasi yang dapat dikembangkan menjadi alternatif yang mungkin.
Namun demikian, manajer harus ingat akan beberapa keterbatasan dalam setiap
alternatif, misalnya keterbatasan dalam masalah hukum, etika, peraturan yang
ada.
b.
Evaluasi Alternatif Pemecahan
Pada situasi yang lain, manajemen lebih sering menghadapi
situasi dengan kepastian yang tinggi. Dalam hal ini tidak mudah memperkirakan
konsekuesin dari keputusan. Situasi resiko dengan tidak pasti berada diantara
dari ekstern tersebut.
Oleh karena itu hubungan antara alternatif keluaran
didasarkan pada tiga kondisi tersebut adalah :
- Kondisi kepastian.
- Kondisi berisiko.
- Kondisi ketidakpastian.
Tahap 3. Choice
a.
Memilih Alternatif
Tahap ke empat merupakan tindakan terpenting yaitu memilih
alternatif terbaik diantara alternatif – alternatif yang telah dinilai
dan di evaluasi. Tujuan pemilihan alternaif adalah memecahka masalah agar dapat
mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Walaupun manajer
sebagai pengambil keputusan memilih alternatif dengan harapan mencapai sasaran,
tetapi memilih tersebut seharus tidak dipandang sebagai suatu aktifitas yang
mandiri.
Tahap 4. Implementation
a.
Implementasi Keputusan
Implementasi mencakup pencapaian keputusan itu kepada
orang–orang yang terkait dan mendapatkan komitmen mereka pada keputusan
tersebut.
Oleh karena itu pekerjaan manajer tidak hanya terbatas pada
keterampilan memilih pemecahan yang baik, akan tetapi meliputi juga pengetahuan
dan keterampilan yang perlu untuk melaksanakan pemecahan masalah tersebut
menjadi perilaku dalam organisasi.
b.
Evaluasi dan Pengendalian
Tahap terakhir adalah monitor dan evaluasi. Tahap ini
dilaksanakan untuk memastikan bahwa pelaksanaan keputusan yang diambil mengenai
sasaran dan tujuan yang ingin dicapai. Jika ternyata tujuan tidak tercapai,
manajer dapat melakukan respon dengan cepat.
II.4. DASAR, FUNGSI DAN TUJUAN
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
a.
Dasar dalam Pengambilan Keputusan
1. Pengambilan Keputusan Berdasarkan
Intuisi
Keputusan yang diambil berdasarkan
intuisi atau perasaan lebih bersifat subjektif yaitu mudah terkena sugesti,
pengaruh luar, dan faktor kejiwaan lain. Sifat subjektif dari keputusuan
intuitif ini terdapat beberapa keuntungan, yaitu : 1) Pengambilan keputusan
oleh satu pihak sehingga mudah untuk memutuskan. 2) Keputusan intuitif lebih tepat untuk masalah-masalah yang
bersifat kemanusiaan.
Pengambilan keputusan yang
berdasarkan intuisi membutuhkan waktu yang singkat. Untuk masalah-masalah yang
dampaknya terbatas, pada umumnya pengambilan keputusan yang bersifat intuitif
akan memberikan kepuasan. Akan tetapi, pengambilan keputusan ini sulit diukur
kebenarannya karena kesulitan mencari pembandingnya, dengan kata lain hal ini
diakibatkan pengambilan keputusan intuitif
hanya diambil oleh satu pihak saja sehingga hal-hal yang lain sering
diabaikan.
2. Pengambilan Keputusan Rasional
Keputusan yang bersifat
rasional berkaitan dengan daya guna.
Masalah – masalah yang dihadapi merupakan masalah yang memerlukan pemecahan
rasional. Keputusan yang dibuat berdasarkan pertimbangan rasional lebih bersifat
objektif. Dalam masyarakat, keputusan yang rasional dapat diukur apabila
kepuasan optimal masyarakat dapat terlaksana dalam batas-batas nilai masyarakat
yang di akui saat itu.
3. Pengambilan Keputusan Berdasarkan
Fakta
Ada yang berpendapat bahwa sebaiknya
pengambilan keputusan didukung oleh sejumlah fakta yang memadai. Sebenarnya
istilah fakta perlu dikaitkan dengan istilah data dan informasi. Kumpulan fakta
yang telah dikelompokkan secara sistematis dinamakan data. Sedangkan informasi
adalah hasil pengolahan dari data. Dengan demikinan, data harus diolah lebih
dulu menjadi informasi yang kemudian dijadikan dasar pengambilan keputusan.
Keputusan yang berdasarkan sejumlah fakta, data atau informasi yang cukup itu
memang merupakan keputusan yang baik dan solid, namun untuk mendapatkan
informasi yang cukup itu sangat sulit.
4. Pengambilan Keputusan Berdasarkan
Pengalaman
Sering kali terjadi bahwa sebelum
mengambil keputusan, pimpinan mengingat-ingat apakah kasus seperti ini
sebelumnya pernah terjadi. Pengingatan semacam itu biasanya ditelusuri melalui
arsip-arsip pengambilan keputusan yang berupa dokumentasi pengalaman-pengalaman
masa lampau. Jika ternyata permasalahan tersebut pernah terjadi sebelumnya,
maka pimpinan tinggal melihat apakah permasalahan tersebut sama atau tidak
dengan situasi dan kondisi saat ini. Jika masih sama kemudian dapat menerapkan
cara yang sebelumnya itu untuk mengatasi masalah yang timbul. Dalam hal
tersebut, pengalaman memang dapat dijadikan pedoman dalam menyelesaikan masalah.
Keputusan yang berdasarkan pengalaman sangat bermanfaat bagi pengetahuan
praktis. Pengalaman dan kemampuan untuk memperkirakan apa yang menjadi latar
belakang masalah dan bagaimana arah penyelesaiannya sangat membantu dalam
memudahkan pemecahan masalah.
5. Pengambilan Keputusan Berdasarkan
Wewenang
Banyak sekali keputusan yang diambil
karena wewenang (authority) yang
dimiliki. Setiap orang yang menjadi pimpinan organisasi mempunyai tugas dan
wewenang untuk mengambil keputusan dalam rangka menjalankan kegiatan demi
tercapainya tujuan organisasi yang efektif dan efisien. Keputusan yang
berdasarkan wewenang memiliki beberapa keuntungan. Keuntungan-keuntungan
tersebut antara lain : banyak diterimanya oleh bawahan, memiliki otentisitas
(otentik), dan juga karena didasari wewenang yang resmi maka akan lebih
permanent sifatnya. Keputusan yang berdasarkan pada wewenang semata maka akan
menimbulkan sifat rutin dan mengasosiasikan dengan praktik diktatorial.
Keputusan berdasarkan wewenang kadangkala oleh pembuat keputusan sering
melewati permasalahan yang seharusnya dipecahkan justru menjadi kabur atau
kurang jelas.
b. Fungsi dan Tujuan Pengambilan Keputusan
Pengambilan
keputusan sebagai suatu kelanjutan dari cara pemecahan masalah memiliki fungsi
antara lain:
a.
Pangkal permulaan dari semua aktifitas manusia yang
sadar dan terarah,baik secara individual maupun secara kelompok,baik secara
institutional maupun secara organisasional.
b.
Sesuatu yang bersifat futuristic,artinya bersangkut
paut dengan hari depan,masa yang akan datang,dimana efeknya atau pengaruhnya
berlangsung cukup lama.
Tujuan pengambil keputusan dapat
dibedakan atas 2,yaitu sebagai berikut:
a.
Tujuan yang bersifat tunggal,yaitu terjadi apabila
keputusan yang dihasilkan hanya menyangkut suatu masalah,artinya sekali
keputusan diambil tidak terkait lagi dengan masalah lain.
b.
Tujuan yang bersifat ganda,yaitu terjadi apabila
keputusan yang dihasilkan itu menyangkut dengan lebih dari satu masalah,artinya
bahwa suatu keputusan yang diambil itu sekaligus memecahkan dua masalah atau
lebih yang bersifat kontradiktif.
II.5. MODEL, GAYA DAN JENIS-JENIS
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
a. Model pengambilan keputusan diantaranya:
1.
Rasional, model perilaku manusia berdasarkan keyakinan
bahwa orang-orang, organisasi, dan bangsa menjalankan kalkulasi pemaksimalan
nilai, yang secara mendasar konsisten. Pengambialan keputusan yang rasional
merukan proses yang komplek. Tahapan rasional decision making proses:
a.
Mengenal
permasalahan.
b.
Definisikan
tujuan.
c.
Kumpulkan data
yang relevan.
d.
Identifikasi
alternative yang memungkinkan (feasible).
e.
Seleksi kriteria
untuk pertimbangan alternative terbaik.
f.
Modelkan hubungan
antara kriteria, data, dan alternative.
g.
Prediksi hasil
dari semua alternative.
h.
Pilih alternative
terbaik.
2.
Organisasional, model-model pengambilan keputusan yang
memperhitungkan karakteristik politik dan structural dari organisasi.
3.
Birokrasi, apapun yang dilakukan organisasi adalah hasil dari
rutinitas dan proses bisnis yang terasah oleh penggunaan aktif selama
bertahun-tahun.
4.
Keputusan
klasik (classical dision), berpandangan
bahwa manager bertindak dalam kepastian. Merupakan model yang sangat rasional
untuk pembuatan keputusan manajerial.
5.
Keputusan
administrasi, menurut Herbert
Simon, manager dalam pengambilan keputusan menghadapi 3 kondisi:
a.
Informasi tidak
sempurna, dan tidak lengkap.
b.
Rasionalitas yang
terbatas (bounded rasionality).
c. Cepat puas (satisfice).
Klasifikasi
model pengambilan keputusan menurut Fisher:
1. Model
Preskiptif
Model yang
menerangkan bagaimana kelompok seharusnya mengambil keputusan dengan cara memberikan pedoman dasar, agenda, jadwal dan
urut-urutan yang membantu kelompok mencapai consensus. Model ini disebtu juga sebagai model normatif.
Penerapan model
preskiptif atau model normatif meliputi lima langkah, yaitu :
1. Orientasi,
yaitu menentukan bagaimana situasi yang dihadapi.
2. Evaluasi, yaitu
menentukan sikap yang perlu diambil.
3. Pengawasan,
yaitu menentukan apa yang harus dilakukan untuk menghadapi situasi tersebut.
4. Pengambilan
keputusan, yaitu menentukan pilihan atas berbagai alternatif yang telah
dievaluasi.
5. Pengendalian,
yaitu melakukan pengawasan terhadap pelaksannan hasil keputusan.
2. Model
Deskriptif
Model yang
menerangkan bagaimana kelompok mengambil keputusan. Model ini juga menerangkan
(menggambarkan) segala sesuatu sebagaimana apa adanya. Model ini juga memberikan kepada manajer informasi yang mereka butuhkan untuk membuat keputusan-keputusan, dan tidak menawarkan penyelesaian masalah.
b. Gaya
dalam pengambilan keputusan
Ada empat gaya
pengambilan keputusan yaitu :
– Gaya Direktif
– Gaya Analitik
– Gaya
Konseptual
–
Gaya Perilaku
a) Gaya Direktif
Pembuat keputusan gaya
direktif mempunyai toleransi rendah pada ambiguitas, dan berorienytasi pada
tugas dan masalah teknis. Pembuat keputusan ini cenderung lebih efisien, logis,
pragmatis dan sistematis dalam memecahkan masalah. Pembuat keputusan direktif
juga berfokus pada fakta dan menyelesaikan segala sesuatu dengan cepat. Mereka
berorientasi pada tindakan, cenderung mempunyai fokus jangka pendek, suka
menggunakan kekuasaan, ingin mengontrol, dan secan menampilkan gaya
kepemimpinan otokratis.
b) Gaya Analitik
Pembuat keputusan gaya
analitik mempunyai toleransi yang tinggi untuk ambiguitas dan tugas yang
kuat serta orientasi teknis. Jenis ini suka menganalisis situasi; pada
kenyataannya, mereka cenderung terlalu menganalisis sesuatu. Mereka
mengevaluasi lebih banyak informasi dan alternatif darpada pembuat keputusan
direktif. Mereka juga memerlukan waktu lama untuk mengambil kepuputusan mereka
merespons situasi baru atau tidak menentu dengan baik. Mereka juga cenderung
mempunyai gaya kepemimpinan otokratis.
c) Gaya Konseptual
Pembuat keputusan gaya
konseptual mempunyai toleransi tinggi untuk ambiguitas, orang yang kuat dan
peduli pada lingkungan sosial. Mereka berpandangan luas dalam memecahkan masalah
dan suka mempertimbangkan banyak pilihan dan kemungkinan masa mendatang.
Pembuat keputusan ini membahas sesuatu dengan orang sebanyak mungkin untuk
mendapat sejumlah informasi dan kemudian mengandalkan intuisi dalam mengambil
keputusan. Pembuat keputusan konseptual juga berani mengambil risiko dan
cenderung bagus dalam menemukan solusi yang kreatif atas masalah. Akan tetapi,
pada saat bersamaan, mereka dapat membantu mengembangkan pendekatan idealistis
dan ketidakpastian dalam pengambilan keputusan.
d) Gaya Perilaku
Pembuat keputusan gaya
perilaku ditandai dengan toleransi ambiguitas yang rendah, orang yang kuat dan
peduli lingkungan sosial. Pembuat keputusan cenderung bekerja dengan baik
dengan orang lain dan menyukai situasi keterbukaan dalam pertukaran pendapat.
Mereka cenderung menerima saran, sportif dan bersahabat, dan menyukai informasi
verbal daripada tulisan. Mereka cenderung menghindari konflik dan sepenuhnya
peduli dengan kebahagiaan orang lain. Akibatnya, pembuat keputusan mempunyai
kesulitan untuk berkata 'tidak' kepada orang lain, dan mereka tidak membuat
keputusan yang tegas, terutama saat hasil keputusan akan membuat orang sedih.
c.
Jenis-jenis dalam pengambilan keputusan
Masalah
dan konflik terdapat di mana-mana. Beberapa di antaranya bersifat sederhana dan
deterministik, sedangkan yang lain bersifat sangat kompleks dan probabilistik
serta dapat menimbulkan pengaruh yang besar. Pengambilan keputusan dapat
bersifat rutin dan memiliki struktur tertentu atau dapat juga bersifat sangat
kompleks dan tidak berstruktur. Terdapat dua jenis pengambilan keputusan, yaitu
:
1. Pengambilan keputusan terprogram :
Keputusan yang diprogram merupakan keputusan
yang bersifat rutin dan dilakukan secara berulang-ulang sehingga dapat
dikembangkan suatu prosedur tertentu. Keputusan yang diprogram terjadi jika
permasalahan terstruktur dengan baik dan orang-orang tahu bagaimana
mencapainya. Permasalahan ini umumnya agak sederhana dan solusinya relatif
mudah. Di perguruan tinggi keputusan yang diprogram misalnya keputusan tentang
pembimbingan KRS, penyelenggaraan Ujian Akhir Semester, pelaksanaan wisuda, dan
lain sebagainya (Gitosudarmo, 1997).
Jenis
pengambilan keputusan ini.mengandung suatu respons otomatik terhadap
kebijaksanaan-kebijaksanaan yang telah ditetapkan sebelumnya. Masalah yang
bersifat pengulangan dan rutin dapat diselesaikan dengan pengambilan keputusan
jenis ini. Tantangan yang besar bagi seorang analis adalah mengetahui
jenis-jenis keputusan ini dan memberikan atau menyediakan metode-metode untuk
melaksanakan pengambilan keputusan yang terprogram di mana saja. Agar
pengambilan keputusan harus didefinisikan dan dinyatakan secara jelas. Bila hal
ini dapat dilaksanakan, pekerjaan selanjutnya hanyalah mengembangkan suatu
algoritma untuk membuat keputusan rutin dan otomatik.
Dalam
kebanyakan organisasi terdapat kesempatan-kesempatan untuk melaksanakan
pengambilan keputusan terprogram karena banyak keputusan diambil sesuai dengan
prosedur pelaksanaan standar yang sifatnya rutin. Akibat pelaksanaan
pengambilan keputusan yang terprogram ini adalah membebaskan manajemen untuk
tugas-tugas yang lebih penting.
2. Pengambilan keputusan tidak
terprogram:
Keputusan
yang tidak diprogram adalah keputusan baru, tidak terstrutur dan tidak dapat
diperkirakan sebelumnya. Tidak dapat dikembangkan prosedur tertentu untuk
menangani suatu masalah, apakah karena permasalahannya belum pernah terjadi
atau karena permasalahannya sangat kompleks dan penting. Keputusan yang tidak
diprogram dan tidak terstruktur dengan baik, apakah karena kondisi saat itu
tidak jelas,metode untuk mencapai hasil yang diingankan tidak diketahui,atau adanya
ketidaksamaan tentang hasil yang diinginkan(Wijono,1999).
Keputusan yang tidak diprogram
memerlukan penanganan yang khusus dan proses pemecahan masalah dengan intuisi
dan kreatifitas. Tehnik pengambilan keputusan kelompok biasanya dilakukan untuk
keputusan yang tidak diprogram. Hal ini disebabkan oleh karena keputusan yang
tidak diprogram biasanya bersifat unik dan kompleks, dan tanpa kriteria yang
jelas, dan umumnya dilingkari oleh kontroversi dan manuver politik (Wijono,
1999). Gillies (1996), menyebutkan bahwa keputusan yang tidak diprogram adalah
keputusan kreatif yang tidak tersusun, bersifat baru, dan dibuat untuk
menangani suatu situasi dimana strategi/ prosedur yang ditetapkan belum
dikembangkan.
keputusan
tidak terprogram menunjukkan proses yang berhubungan dengan masalah-masalah
yang tidak jelas. Dengan kata lain, pengambilan keputusan jenis ini meliputi
proses- proses pengambilan keputusan untuk menjawab masalah-masalah yang kurang
dapat didefinisikan. Masalah-masalah ini umumnya bersifat kompleks, hanya
sedikit parameter'parameter yang diketahui dan kebanyakan parameter yang
diketahui bersifat probabilistik. Untuk menjawab m'asalah ini diperlukan
seluruh bakat dan keahlian dari pengambilan keputusan, ditambah dengan bantuan
sistem infofmasi. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan keputusan tidak
terprogram dengan baik. Perluasan fasilitas-fasilitas pabrik, pengembangan
produk baru, pengolahan dan pengiklanan kebijaksanaan- kebijaksanaan, manajemen
kepegawaian, dan perpaduan semuanya adalah contoh masalah-masalah yang
memerlukan keputusan-keputusan yang tidak terprogram. Sangat banyak waktu yang
dikorbankan oleh pegawai-pegawai tinggi pemerintahan, pemimpin-pemimpin
perusahaan, administrator sekolah dan manajer organisasi lainnya dalam menjawab
masalah dan mengatasi konflik. Ukuran
keberhasilan mereka dapat dihubungkan secara langsung kepada mutu informasi yang mendasari tugas
ini.
Pandangan terhadap pengambilan keputusan adalah bahwa proses
ini merupakan proses penggunaan informasi yang rasional, bukan proses yang
emosional, Dalam hal ini, kesukaran-kesukaran dalam pengambilan keputusan dapat
dikaitkan kepada:
1. Informasi yang tidak cukup dan
2. Maksud dan tujuan yang tidak
dispesifikasikan secara jelas.
Pengambil keputusan mempunyai suatu cara untuk dapat
memahami informasi yang menentukan efisiensi pengolahan informasinya.
Pengetahuan seseorang yang lalu digabungkan dengan kecakapannya mengolah
informasi akan menentukan kesanggupannya untuk mengambil keputusan.
Berdasarkan Lingkungannnya,
keputusan dapat dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu sebagai berikut :
a) pengambilan keputusan dalam kondisi pasti, yaitu pengambilan keputusan
berlangsung hal-hal sebagai berikut : (a) alternative yang harus dipilh hanya
memiliki satu konsekuensi/jawaban/hasil. ini berarti hasil keputusan dari
setiap alternative tindakan tersebut ditentukan dengan pasti, (b) keputusan
yang akan diambil didukung oleh informasi/data yang lengkap, sehingga dapat
diramalkan secara akurat atau eksak dari setiap tindakan yang dilakukan, (c)
dalam kondisi ini, pengambil keputusan secara pasti mengetahui apa yang akan
terjadi di masa mendatang. (d) teknik pemecahannya antara lain model
antrian.
b) pengambilan keputusan dalam kondisi beresiko, yaitu pengambilan keputusan dimana
berlangsung hal-hal sebagai berikut: (a) alternative yang harus di pilih
mengandung lebih dari satu kemungkinan hasil, (b) pengambil keputusan memiliki
lebih dari satu alternative tindakan, (c) diasumsikan bahwa pengambil keputusan
mengetahui peluang yang akan terjadi terhadap berbagai tindakan dan hasil, (d)
resiko dapat terjadi karena pengambilan keputusan tidak dapat diketahui dengan
pasti,walaupun diketahui nilai probabilitynya, (e) pada kondisi ini, keadaan
lingkungan dalam keadaan tidak pasti. (f) teknik pemecahannya adalah
menggunakan metode probability.
c) pengambilan keputusan dalam keadaan yang tidak pasti, yaitu pengambilan keputusan
dimana, (a) tidak diketahui sama sekali jumlah kondisi yang mungkin terjadi,
(b) pengambilan keputusan tidak dapat menentukan probability terjadinya
berbagai kondisi atau hasil yang keluar. (c) yang diketahui hanyalah kemungkinan
hasil dari suatu tindakan, tetapi tidak dapat diprediksi berapa besar
probability setiap hasil tersebut, (d) pengambil keputusan tidak mempunyai
pengetahuan atau informasi lengkap mengenai peluang terjadinya bermacam-macam
keadaan tersebut, (e) hal yang akan diputuskan biasanya relative belum pernah
terjadi sebelumnya, (f) teknik pemecahannya adalah menggunakan beberapa metode
yaitu antara lain metode maximin atau
metode minimax.
d) pengambil keputusan dalam kondisi konflik, yaitu pengambilan keputusan
dimana; (a) kepentingan dua atau lebih pengambil keputusan saling bertentangan
dalam situasi persaingan,(b) pengambil keputusan saling bersaing dengan
pengambilan keputusan lainnya yang rasional, tanggap dan bertujuan untuk
memenangkan persaingan tersebut, (c) pengambil keputusan bertindak sebagai
pemain dalam suatu permainan, (d) teknik pemecahannya adalah menggunakan teori
permainan. jadi dalam teori pengambilan keputusan atau pendekatan-pendekatan
dapat digunakan oleh para pemimpin birokrasi dalam suatu proses pemilihan
alternative sebagai pemecahan masalah.
No comments:
Post a Comment